JANGAN tersinggung bila disebutkan bahwa negara-negara yang disinggahi Cheng Ho selama tujuh kali ekspedisinya hanyalah negara-negara ''barbar''. Itu pendapat Kaisar Yong Le tentang negeri-negeri di luar China. Alasannya tak lain dan bukan karena kebanggaannya akan peradaban China yang menurutnya sangat maju.
Inskripsi batu yang berada di Kuil Istri Langit di Changle, Provinsi Fujian China yang bertengara tahun 1431 menyebutkan soal bangsa-bangsa ''barbar'' tersebut. Inskprisi itu semacam laporan yang ditulis Cheng Ho dan krunya kepada kaisar China.
Lihatlah contoh yang tertulis di batu itu: ''Negeri-negeri kaum barbar yang telah kami kunjungi adalah Zhancheng (Vietnam), Zhaowa (Jawa), Sanfoqi (Palembang), dan Xianlo (Thailand), menyeberang ke Xilansan (Srilanka) di Selatan India, Guli (Kalikut), dan Kezhi (Cochin), dan kami telah pergi ke daerah-daerah barat di Hulumosi (Hormuz), Adan (Aden), Mugudushu (Mogadishu), semuanya lebih dari 30 negeri besar dan kecil''.
Selain itu, inskripsi juga sangat penting untuk menjelaskan rute ekspedisi yang telah ditempuh selama 28 tahun sejak permuhibahan Cheng Ho dimulai tahun 1405. Tak ada salahnya kalau dituliskan di sini catatan perjalanan kapal-kapal Cheng Ho berdasarkan inskripsi batu di Changle Fujian. Catatan tersebut tak hanya penting untuk mengetahui rute perjalanan, tetapi juga kiprah Cheng Ho dan semua awak kapalnya sepanjang pelayaran.
I. Pada tahun ketiga Yongle (1405), armada bergerak menuju Guli (Kalikut) dan negeri-negeri lainnya. Pada saat itu, bajak laut Chen Yuzi telah mengumpulkan semua pengikutnya di negeri Sanfoqi (Palembang) tempat dia merompak dan mengganggu pedagang pribumi. Dan ketika dia juga berusaha menghalangi laju armada kami, para serdadu supernatural secara sembunyi-sembunyi datang menyelamatkan, maka dalam satu pukulan genderang, dia takluk. Dia tahun kelima (1407), kami kembali.
II. Di tahun kelima Yongle (1407), armada diperintahkan pergi ke Zhaowa (Jawa), Guli (Kalikut), Kezhi (Cochin), dan Xianle (Thailand). Semua raja di negeri-negeri tersebut mengirimkan benda berharga, burung berharga, dan binatang langka sebagai persembahan pada Sang Kaisar. Pada tahun ketujuh (1409), kami kembali.
III. Pada tahun ketujuh Yoinge (1409), armada diperintahkan menuju negeri-negeri (yang telah dikunjungi) sebelumnya dan kami mengambil rute melewati negeri Xilanshan (Srilanka). Yaliekunaier (Alagakkonara), rajanya bersalah karena sangat tidak menghormati perjalanan kami. Atas restu dari sang dewi (maksudnya Tianfei, Dewi Pelindung Laut kaum tao-Red), sang raja bisa ditangkap hidup-hidup. Di tahun kesembilan (1411), ketika kami kembali sang raja dibawa (kepada sang kaisar) (sebagai tawanan); selanjutnya dia mendapat anugrah Kekaisaran yaitu boleh kembali ke negerinya.
IV. Pada tahun kesebelas Yongle (1413), armada diperintahkan menuju Hulumosi (Hormuz) dan negeri-negeri lain. Di negeri Sumendala (Samudra) terdapat raja palsu Suganla (Iskandar) yang telah merampas dan menduduki negeri itu. Rajanya Cainu-liabiding (Zainul Abidin) telah mengirim pesan ke Gerbang Istana (Kaisar China) untuk minta bantuan. Kami segera ke tempat tersebut dengan bala tentara resmi di bawah komando kami dan menghancurkan dan menangkap (para pemberontak), dan atas restu sang dewi kami berhasil menangkap raja palsu itu hidup-hidup. Di tahun ketigabelas (1415), ketika kami kembali, ia dibawa menghadap Kaisar sebagai tawanan. Pada tahun itu juga, raja Manlajia (Malaka) beserta istri dan anaknya datang menghadap untuk memberikan persembahan.V. Pada tahun kelimabelas Yongle (1417), armada diperintahkan menuju daerah-daerah barat. Negeri Hulumosi (Hormuz menghadiahi singa, leopar bertutul emas, dan kuda-kuda besar. Negeri Adan (Aden) menghadiahi qilin yang aslinya bernama culafa (jerapah) dan binatang bertanduk panjang maha (oryx). Negeri Mugudushu (Mogadishu) menghadiahi huafu lu (zebra) dan singa. Negeri Bulawa (Brawa) menghadiahi unta yang bisa berlari seribu li (ukuran panjang China) seperti burung unta. Negeri Zhaowa (Jawa) dan Guli (Kalikut) menghidahi hewan miligao. Mereka semua dengan penuh kerelaan memberikan semua benda yang berada di gunung atau tersembunyi di lautan, dan semua benda indah yang terbenam di pasir atau tertimbun di pantai-pantai. Beberapa mengirim paman raja dari garis ibu, yang lainnya mengirim paman dari garis ayah atau adik raja untuk menyerahkan surat persembahan dengan kertas emas.
VI. Pada tahun kesembilanbelas Yongle (1421), armada diperintahkan membawa para duta besar dari Hulumosi (Hormuz) dan negeri-negeri lainnya yang telah berada di istana kaisar sekian lama untuk kembali ke negeri mereka. Raja-raja dari negeri-negeri tersebut bahkan telah menyiapkan banyak persembahan dari yang telah diberikan sebelumnya.
VII. Pada tahun keenam Xuande (1431) (cucu Yongle yang memerintahkan permuhibahan kembali setelah sempat dihentikan oleh kaisar sebelumnya) sekali lagi memerintahkan untuk menuju negeri-negeri kaum barbar yang telah kami singgahi untuk membacakan pada mereka (sebuah perintah resmi Kekasisaran) dan untuk memberikan hadiah.Dan catatan itu, dengan bahasa yang cukup puitis, diakhiri dengan kalimat-kalimat: ''Kami bersauh di pelabuhan ini menantikan angin utara membawa kami berlayar, dan menyerukan betapa sebelumnya kami telah mendapat berkah perlindungan dari kuasa ilahi sehingga kami bisa mencatatkan sebuah inskripsi pada batu.''
Kalau sekarang inskripsi itu ada di Changle, provinsi Fujian, dan tahun yang ditulis 1431, maka kita bisa membayangkan pelayaran muhibah yang terakhir Cheng Ho itu masih belum keluar dari wilayah China. Dan mungkin saja memang Cheng Ho, sang navigator agung itu, tak pernah lagi bisa menginjakkan kaki di negerinya, sebab banyak kalangan meyakini dia mati di laut pada tahun 1433.
g Saroni Asikin, dari berbagai sumber
13 Juli 2007
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar